Baru-baru ini Gereja merayakan pesta nama Santa
Agnes. Tepatnya pada tanggal 21 Januari yang lalu. Siapa sih yang tidak pernah
mendengar nama Santa Agnes? Nama itu pasti sudah tidak asing di telinga kita.
Santa Agnes banyak dikenal orang karena keberaniannya menjadi martir pada
usianya yang masih sangat muda. Lalu bagaima bisa dia menjadi martir? Mengapa
ia yang sangat percaya pada Allah harus mati? Terlebih pada masa mudanya?
Perayaan : 21 Januari
Lahir
: Sekitar Tahun 291
Kota asal
: Roma
Wafat
: Wafat sebagai martir di Roma.
Ada berbagai tradisi tentang cara kemartiran St.Agnes,
antara lain :
Dipenggal lalu dibakar, atau
disiksa dan ditikam sampai mati, atau ditikam di tenggorokan pada tanggal 21
Januari 254 atau 304. St.Agnes
hidup pada masa Gereja Perdana, yaitu masa ketika orang-orang Kristen mengalami
penindasan serta penganiayaan yang kejam dalam pemerintahan Bangsa Romawi. Ia
wafat sebagai martir sekitar tahun 304-305 dalam pemerintahan Kaisar
Diocletian. Usia Agnes pada waktu itu baru 13 tahun. Meskipun tidak banyak
catatan sejarah yang ada mengenai St. Agnes, ia amat populer.
Agnes adalah seorang gadis
remaja yang cantik jelita dan berasal dari keluarga kaya. Banyak pemuda
bangsawan Romawi terpikat padanya. Mereka saling bersaing agar dapat
memperistri Agnes. Tetapi Agnes menolak mereka semua dengan halus dan
mengatakan bahwa ia telah mengikatkan diri pada seorang Kekasih yang tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang. Procop, putera Gubernur Romawi, termasuk
salah seorang di antara para pemuda yang amat marah dan merasa terhina oleh
penolakan Agnes. Mereka melaporkan Agnes kepada Gubernur dengan tuduhan
pengikut Kristus.
Pada mulanya Gubernur
bersikap ramah serta lembut kepadanya. Ia menjanjikan harta serta kedudukan
jika saja Agnes mau menyangkal imannya dan menikah dengan Procop. Agnes
menolak, berkali-kali diulanginya pernyataannya bahwa ia tidak dapat memiliki
mempelai lain selain dari Yesus Kristus. Karena pernyataannya itu, Agnes
diseret ke depan mezbah berhala dan diperintahkan untuk menyembahnya. Bukannya
menyembah berhala, Agnes malahan mengulurkan tangannya dan membuat Tanda Salib,
tanda kemenangan Kristus. Gubernur kemudian memperlihatkan kepadanya api
penyiksaan, kait besi, serta segala macam alat penyiksa lainnya, tetapi
gadis muda itu tetap tabah dan tidak gentar sedikit pun.
Karena Agnes tetap keras
kepala, Gubernur mengancam akan mengirim Agnes ke rumah pelacuran. Tetapi Agnes
menjawab, “Yesus Kristus amat pencemburu, Ia tidak akan membiarkan kemurnian
para mempelainya dicemarkan seperti itu. Ia akan melindungi dan menyelamatkan
mereka.”
Katanya lagi, “Kalian dapat
menodai pedang kalian dengan darahku, tetapi kalian tidak akan pernah dapat
menodai kesucian tubuhku yang telah kupersembahkan kepada Kristus.”
Gubernur amat marah
mendengar perkataannya itu. Ia memerintahkan agar Agnes, saat itu juga, dikirim
ke rumah pelacuran dengan perintah bahwa semua orang berhak menganiayanya
sesuka hati mereka.
Orang banyak datang untuk
menyaksikan peristiwa itu. Tetapi, ketika melihat pancaran sinar wajah Agnes
yang kudus dan agung serta sikapnya yang tenang, penuh kepercayaan kepada
Kristus yang melindunginya, orang banyak itu takut dan tidak berani mendekat.
Seorang pemuda tampil dan berusaha mengganggu Agnes. Pada saat itu juga, dengan
kilat yang dari surga, pemuda itu tiba-tiba menjadi buta dan jatuh ke tanah
dengan tubuh gemetar. Teman-temannya dengan ketakutan membopongnya serta
membawanya kepada Agnes yang kemudian menyanyikan lagu puji-pujian kepada
Kritus, sehingga pemuda itu dapat melihat serta sehat kembali.
Gubernur amat murka dan
menjatuhkan hukuman mati pada Agnes. Algojo mendapat perintah rahasia untuk
dengan segala cara membujuk Agnes, tetapi Agnes menjawab bahwa ia tidak akan
pernah menyakiti hati Mempelai Surgawi-nya. Orang banyak menangis menyaksikan
seorang dara yang lembut dan jelita dengan belenggu dan rantai yang terlalu
besar bagi ukuran tubuhnya yang kecil, digiring ke tempat hukuman mati. Ia
terlalu muda untuk memahami arti kematian, namun demikian, ia siap
menghadapinya tanpa gentar sedikit pun. Sesungguhnya, Agnes diliputi sukacita
yang besar karena ia akan segera diperkenankan menyongsong mempelainya. Sama
sekali tidak dihiraukannya ratap tangis mereka yang memohonnya untuk
menyelamatkan nyawanya.
“Aku tidak akan mengkhianati
Mempelai-ku dengan menuruti keinginan kalian,” katanya, “Ia telah memilihku dan
aku adalah milik-Nya.” Kemudian Agnes berdoa, membungkukkan badannya
untuk menyembah Tuhan, dan segera menerima hujaman pedang yang menghantarkan jiwanya
yang suci kepada kekasihnya. Agnes telah mempertahankan kemurniannya dan
memperoleh mahkota martir di surga.
Jenazah Agnes disemayamkan
di pemakamam keluarga di Via Nomentana dekat kota Roma. Kurang lebih lima puluh
tahun kemudian, yaitu pada tahun 354, Kaisar Konstantin Agung mendirikan sebuah
gereja besar di tempat itu. Tubuh Agnes disemayamkan di bawah altar Gereja.
Pada abad ketujuh, gereja itu kemudian dipugar, diperbesar serta diperindah dan
sekarang dikenal sebagai Basilika St. Agnes.
Selama berabad-abad, setiap
tahun sekali, yaitu pada pesta St. Agnes (21 Januari), dua anak domba tak
bercela dipersembahkan dan diberkati di Basilika St Agnes. Kemudian kedua anak
domba itu dipelihara oleh para biarawati Benediktin dari Santa Cecilia di
Trastevere hingga hari Kamis Putih, yaitu pada saat mereka digunting bulunya.
Dari bulu mereka dibuatlah 12 pallium yaitu semacam stola istimewa yang
dikirimkan kepada Bapa Suci. Bapa Suci memberikan pallium tersebut kepada para
Uskup Agung yang mengenakannya sebagai lambang anak domba yang digendong oleh
Gembala Yang Baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar