Seperti yang kita ketahui, Bunda Maria adalah Ibunda dari
Yesus Kristus. Bunda Maria juga merupakan Bunda bagi kita semua. Bunda Maria
merupakan orang yang istimewa. Kita bahkan mempunyai doa sendiri yang
diperuntukkan bagi Bunda Maria, yaitu 'Salam Maria'. Lalu, apakah asal-mula doa Salam Maria? Mengapa kita berdoa melalui perantara Bunda Maria? Tidak langsung saja kepada Allah Bapa atau Putra-Nya, Yesus? Dan apakah maksud serta manfaat jika kita mendoakan doa tersebut? Mari kita bahas!
Doa ‘Salam Maria’ adalah doa yang dikenal sebagai doa
penghormatan Gereja kepada Bunda Maria.
Umumnya
doa ini dijabarkan sebagai doa yang terdiri dari tiga bagian:
1)
“Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu…..” merupakan kutipan perkataan
Malaikat Gabriel ketika mengunjungi Perawan Maria (lih. Luk 1:28).
2)
“Terpujilah Engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus”,
diambil dari salam Elisabet kepada Perawan Maria ketika Maria datang
mengunjunginya (lih. Luk 1:42)
3)
“Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu
kami mati. Amin”, dinyatakan oleh Katekismus Konsili Trente, sebagai doa yang
disusun oleh Gereja. Katekismus tersebut menyatakan, “Adalah sangat tepat,
bahwa Gereja Tuhan yang kudus menambahkan kepada ucapan syukur ini, permohonan
kepada Bunda Allah yang kudus untuk mendoakan kita, dan dengan demikian supaya
kita memohon bantuan kepadanya agar oleh doa-doa syafaatnya, ia mengusahakan
persahabatan antara Allah dan kita manusia, dan memperoleh bagi kita, berkat
yang kita butuhkan untuk hidup sekarang ini dan untuk hidup yang tidak
berkesudahan.”
Namun walaupun bagian ketiga ini dikatakan sebagai ‘doa
Gereja’ oleh Katekismus Konsili Trente di abad ke-16, permohonan Gereja
terhadap bantuan/ perlindungan Bunda Maria, itu bukan baru muncul di abad
ke-16. Doa Gereja di abad awal, yang dikenal dengan doa Sub Tuum Praesidium,
berbunyi, “Di bawah belas kasihanmu kami berlindung, O Bunda Tuhan. Jangan
menolak permohonan kami dalam kesesakan, tetapi bebaskanlah kami dari mara
bahaya, [o engkau] yang suci dan terberkati.” (Sub Tuum Praesidium, dari
Rylands Papyrus, Mesir, abad ke- 2 atau 3).
Memang, penyusunan doa Salam Maria ini memiliki kisahnya
tersendiri. Kata, “Salam Maria, penuh rahmat” (Ave Maria, gratia plena)
itu mengacu kepada Kitab Suci terjemahan Vulgata, yang menerjemahkan secara
literal, kata Yunani, chaire kecharitomene.
Kata, “Salam Maria, penuh rahmat” ini telah dipergunakan oleh para Bapa Gereja
sebagai ungkapan penghormatan kepada Bunda Maria. Di abad ke-7, St. Gregorius
telah memasukkan ungkapan doa “Salam Maria” ini dalam Liber Antiphonarious,
sebagai frasa dalam doa persembahan, dalam teks Misa Minggu keempat Masa
Adven. Seabad kemudian, frasa “Salam Maria” ini tercatat sebagai bagian
dalam tulisan pengajaran St. Andreas dari Kreta dan St. Yohanes Damaskinus
(abad ke 8).
Namun demikian, “Salam Maria” sebagai rumusan doa devosi
belum jelas ditemukan sebelum tahun 1050. Dua buah manuskrip tua Anglo-Saxon di
British Museum, yang salah satunya berasal dari tahun 1030, menunjukkan bahwa
kata, “Salam Maria…. terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah
tubuhmu” itu tertulis berulang-ulang dalam sebuah doa penghormatan kepada Bunda
Maria.
Tahun 1184, Uskup Agung Canterbury, Abbot Baldwin,
menulis:
“Terhadap
salam dari Malaikat ini, yang dengannya kita setiap hari menyapa Sang Perawan
yang Terberkati dengan devosi sedemikian, kita biasa menambahkan, “dan
terpujilah buah tubuhmu,” yang dikatakan oleh Elisabet kemudian, setelah
mendengar salam dari Maria, seolah melengkapi perkataan dari malaikat itu,
dengan berkata: “Terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah
tubuhmu.”
Tahun 1196, dekrit sinoda dari Eudes de Sully, Uskup
Paris, mengajarkan kepada para klerus, “Salam kepada Perawan Maria” ini sebagai
rumusan doa yang telah dikenal di keuskupannya, sebagaimana doa resmi lainnya,
seperti doa Bapa Kami dan Aku Percaya. Sejak saat itu, doa Salam Maria ini
diperkenalkan dan dianjurkan kepada umat beriman, dimulai dari Sinoda di Durham
di Inggris, tahun 1217.
Doa Salam Maria ini kemudian dikenal sebagai doa-doa yang
umum didoakan oleh para orang kudus (Santo dan Santa), seperti St. Aybert, St.
Louis dari Perancis, St. Margaret, St. Dominic dan doa di biara-biara, sebagai
doa ungkapan pertobatan. Doa ini umum diulangi, sampai puluhan kali, 50 atau
bahkan 150 kali, mengikuti pola pengulangan doa “Kudus, kudus, kudus” yang
terus diulangi tanpa putusnya di hadapan tahta Allah yang Maha Tinggi.
Di
zaman St. Louis, doa “Salam Maria” berakhir dengan “… terpujilah buah tubuhmu”.
Penambahan “Yesus” sesudah frasa itu umumnya dikenal dari abad 15, menurut
anjuran Paus Urban IV (1261) dan Paus Yohanes XXII (1316-1344). Teks doa Salam
Maria seperti yang kita ketahui sekarang, tercatat sebagai bagian depan salah
satu karya Girolamo Savonarola, di tahun 1495. Savonarola adalah seorang biarawan,
yang dikenal sebagai reformer ordo Dominikan. Dua tahun sebelumnya, frasa
“Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini. Amin,” tercatat
dalam Calendar
of Shepherds, edisi bahasa Perancis. Namun penerimaan resmi teks
doa Salam Maria selengkapnya, meskipun sudah disebutkan dalam Katekismus
Konsili Trente, baru akhirnya dinyatakan dalam Roman Breviary tahun
1568.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar